weLcome tO bLoG kania

Friends...Let's SHARE!!!

Kamis, 15 Maret 2012

Menutup Aurat Kewajiban Seorang Wanita Muslim

PENGERTIAN JILBAB?

Perkataan jilbab berasal dari bahasa arab yang artinya pakaian yang luas/lapang. Maksudnya pakaian yang lapang dan dapat menutupi bagian anggota tubuh seorang wanita (auratnya), kecuali muka (wajah) dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang boleh ditampakkan.

UNTUK SIAPAKAH BUSANA JILBAB ITU?
Memang sudah menjadi peraturan Allah, bahwa busana jilbab itu dikhususkan bagi wanita muslimat, wanita mukminat, baik itu cantik ataupun jelek, tidak pandang bulu dan ketururnan, apakah itu keturunan bangsawan atau rakyat jelata, yang hidup diperkotaan besar atau dipedesaan. Pokonya siapa yang mengaku bahwa dirinya sebagai wanita muslimat dan mukminat, maka dia harus mengikuti peraturan Allah yang tercantum dalam al-qur'an surat al-ahzab ayat 59, utamanya mengenai masalah memakai jilbab ini. Perhatikan ayat yang menunjukkan diwajibkannya memakai jilbab.
Artinya:

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan* seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Q.S Al-Ahzab: 59)


Juga dalam surat an-nur ayat 31yang artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Akan tetapi terhadap wanita-wanita yang sudah lanjut usia dimana di dalam dirinya sudah tidak ada lagi untuk kawin, atau anak-anak perempuan yang masih kecil (misalnya umur tujuh tahun kebawah), tidaklah ditekankan bagi mereka untuk memakai jilbab. Hal ini bukan berarti mereka boleh menanggalkan seluruh pakaiannya sehingga tampak auratnya. Yang boleh ditanggalkannya hanyalah pakaian luarnya saja atau jilbabnya (yang menutup kepala, leher, tengkuk dan dadanya). Tetapi bila mereka itu (wanita yang sudah lanjut usia dan wanita yang msihkecil) mengunakan jilbab itu lebih sopan dan lebih baik bagi mereka. Allah sendirilah yang akan membalas kebaikan dan kepatuhan mereka. Perhatikan firman Allah dalam al-qur'an surat an-nur ayat 60 yang artinya.Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana. Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh siti aisyah ia berkata: bahwasannya asma binti abu bakar masuk ke tempat Rasulullah saw. Dengan memakai pakaian yang tipis (tembus mata memandang ke dalam). Maka Rasulullah saw, berpaling daripadanya seraya bersabda: Hai asma! Sesungguhnya perempuan itu apabila ia telah dewasa/ sampai umur maka tidak patut untuk menampakkan sesuatu dari dirinya, melainkan ini dan ini. Sambil Rasulullah saw. Menunjukkan muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya sendiri.
Dengan demikian terhadap wanita yang sudah tua dan lanjut usia dan para anak-anak perempuan di bawah umur tidaklah ditekankan untuk berjilbab, tetapi hanya sunat saja. Akan tetapi selain wanita yang lanjut usia dan anak-anak perempuan di bawah umur, itu diwajibkannya untuk memakai busana jilbab.

MENGAPA WANITA HARUS BERJILBAB?
Wanita muslimah, mukminat dari kalangan manapun datangnya dianjurkan untuk memakai jilbab, sebab itu sudah menjadi ketetapan dan anjuran Allah, sebagaimana yang tercantum dalam surat al-ahzab ayat 59. Disamping itu wanita itu adalah aurat, yakni seluruh tubuhnya mengandung aurat yang mana aurat itu harus senantiasa ditutupi, kecuali bagian muka (wajah) dan kedua telapak tangan hingga pergelangan yang tidak mungkin ditutupi. Ada suatu riwayat dari ibnu mas'ud, bahwa rasulullah saw bersabda, yang artinya: perempuan itu adalah aurat, maka apabila ia keluar dari rumahnya setanpun akan berdiri tegak (dirangsang olehnya) . (HR. Turmudzi). Dan dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda, yang diriwayatkan oleh abu dawud dari siti aisyah, katanya: Hai asma! Sesungguhnya perempuan itu apabila ia telah dewasa/ sampai umur maka tidak patut untuk menampakkan sesuatu dari dirinya, melainkan ini dan ini. Sambil Rasulullah saw. Menunjukkan muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya sendiri.

CIRI-CIRI PAKAIAN JILBAB
Ada beberapa cirri khusus yang sekaligus menjadi syarat berjilbab (berhijab) menurut syara yang harus dipenuhi oleh muslimah, diantaranya ialah sebagai berikut:
  1. Hijab harus menutupi seluruh badan, berdasarkan firman Allah swt. (QS. Al-ahzab:59)
  2. Hijab harus terbikin dari kain yang tebal, tidakboleh dari kain yang tipis dan transparan, karena tujuan dari hijab adalah menutup tubuh (aurat).
  3. Hijab bukan dimaksudkan untuk perhiasan diri, atau terbikin dari kain yang gemerlapan, sebab Allah berfirman dalam (QS. An-nur:31).
  4. Hijab harus longgar, tidak ketat dan tidak melukis lekak –lekuk tubuh.
  5. Hijab atau jilbab tidak diberi parfum yang dapat menggoda kaum lelaki. Karena nabi Muhammad telah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan hasan.
    "sesungguhnya seorang perempuan apabila dia memakai parfum, kemudian dia melewati kaum orang banyak dengan maksud agar kaum tersebut mencium aroma parfumnya, maka dia adalah perempuan yang berzina".
  6. Hijab tidak menyerupai pkaian kaum lelaki. Karena ada hadist yang diriwayatkan oleh abu hurairah: nabi melaknat seorang lelaki yang berpakaian menyerupai pakaian perempuan, dan seorang perempuan memakai pakaian perempuan dan seorang perempuan memakai pakaian seorang laki-laki.(HR abu dwud dan nasa'i).
SANKSI APABILA TIDAK MENUTUP AURAT 
 Pada pandangan Allah jika umatnya tidak menutup aurat yaitu ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah selama dia hidup dan juga akan mendapatkan siksaan di akhirat kelak serta dia perempuan akan digantung oleh helaian rambutnya kelak di akherat.
Menurut Hadis Rasululloh SAW, beliau bersabda:"Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim)
Maksudnya,Hadis ini menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya. Yaitu siksaan api neraka. Ini menunjukkan bahwa pamer aurat dan "buka-bukaan" adalah dosa besar. Sebab perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh ALLOH SWT atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan sangsi duniawi (qishas, rajam, potong tangan dll) atau azab neraka adalah dosa besar.

 

 

Selasa, 21 Februari 2012

BLoG Kania

Blog ini dibuat oleh:
Kania Nurasyiah.
Kelas IC.
Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut, untuk memenuhi tugas pertama ISBD dari Drs. Ana Maulana, M.Pd.

Rabu, 04 Januari 2012

Karangan Ilmiah

Makalah
Karangan Ilmiah
Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia untuk Ilmiah dari
H. Didin Sahidin, Drs, M. Pd.
Kelompok 1
Kelas 1C


Disusun oleh:
Neng Wita Intan Tandia         11511104
Abdul Basit                             11511110
Kania Nurasyiah                     11511119
Irma Nurfadilah                      11511120
Yulya Andinita                       11511127

Jurusan Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jln.Pahlawan No.32 Tlp.(0262) 233556 Garut
2011
BAB 1
PEMBAHASAN

1.1   Pengertian Karangan Ilmiah

               Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenaran atau keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11). 
         Karya ilmiah dalam bahasa inggris berarti scientific paper adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Adapun ciri-ciri karangan ilmiah, diantaranya sebagai berikut:
1)      Objekif
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bias dipertanggung jawabkan.
2)      Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3)      Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, dan klasifikasi. Dengan demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4)      Logis
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data yang digunakan pola induktif. Sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5)      Menyajikan fakta
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus factual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional  hendaknya dihindarkan.
6)      Tidak pleonastis
Maksunya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit-belit.
7)      Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.


1.2  Karangan Ilmiah dan komunikasi Ilmiah

                    Komunikasi yang ilmiah adalah komunikasi yang bersifat pengetahuan, baik itu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan dalam hal yang formal. Komunikasi Ilmiah sangat berpengaruh atau merupakan pokok dasar untuk membuat Karangan Ilmiah. Suatu penelitian dapat berlangsung dengan baik jika adanya Komunikasi.
                         Komunikasi terbagi menjadi dua bagian yaitu, komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi tersebut dapat berlangsung jika adanya suatu alat berkomunikasi yaitu Bahasa.
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997:4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek
(1) tata bunyi (fonologi)
(2) tata bahasa (kata dan kalimat)
(3) kosa kata (termasuk istilah)
(4) ejaan
(5) makna

                          
1.3  Pentingnya Memakai Karangan Ilmiah
    Pentingnya memakai karangan ilmiah dalam proses penyusunan karya ilmiah bagi sekelompok orang, pelajar, dan mahasiswa yaitu:
  • Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
  • Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
  • Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
  • Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
  • Memperoleh kepuasan intelektual.
  • Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
  • Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan atau kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib.

1.4  Perkembangan Ilmu dalam Karangan Ilmiah
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Seiring berkembangya zaman, maka ilmu pengetahuan semakin kompleks dan meningkat. Perkembangan ilmu pengetahuan membawa perubahan-perubahan dalam segala bidang. Contohnya di bidang pendidikan. Seiring perkembangan ilmu di dalam pendidikan maka membawa pula perubahan dalam aspek-aspek yang ada di dalamnya, salah satunya dalam karangan ilmiah. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan, maka karangan ilmiah menjadi bervariasi macamnya. Antara lain :
1)   Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
2)   Skripsi
     Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
3)   Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
4)   Disertasi
     Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.


 1.5 Bahasa Karangan Ilmiah
Pengguanaan bahasa dalam penyusunan karangan ilmiah, harus memperhatikan asas-asas berikut ini :
1) Bahasa yang digunakan ragam formal yaitu harus sesuai dengan standar     penggunaanbahasa .meliputi :
        a. Data Pemakaian Huruf
 b. Data Pemakaian Tanda Baca
 c. Data Penulisan Kata
 d. Data Penulisan Unsur Serapan
2)    Pemilihan Kata atau Diksi.
       Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan unsur pemilihan kata atau diksi ialah.
a.     Data Ketepatan Diksi.
Contoh: Pembelajaran membaca sangat penting dikuasai siswa agar siswa, bukan hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga untuk mata pelajaran yang lain.
Analisis: Pemilihan kata dalam penyusunan kalimat di atas tidak memenuhi syarat ketepatan. Kata hubung bukan seharusnya berpasangan dengan kata hubung melainkan.
3)   Penyusunan Kalimat Efektif.
       Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan aspek penyusunan kalimat efektif  ialah.
a.       Data Kesatuan Atau Keutuhan Gagasan.
Contoh: Pembelajaran membaca sangat penting dikuasai siswa agar siswa, bukan hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga untuk mata pelajaran yang lain.
Analisis: Kalimat di atas tidak memenuhi aspek kesatuan atau keutuhan gagasan. Kalimat tersebut tidak memiliki struktur gramatikal yang saling mendukung. Kata-kata yang bergaris bawah seharusnya dihilangkan agar terbentuk satu gagasan utuh.


b.      Data Kepaduan
Contoh: Sedangkan Muslich (2009: 44) menyatakan kontruktivisme pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Analisis: Kalimat di atas tidak padu karena hubungan yang terbangun antarkata tidak logis sehingga tidak memiliki pengertian secara utuh. Kata hubung tidak tepat digunakan pada awal kalimat karena akan mengaburkan peran subjek dalam kalimat. Kata hubung merupakan perlu digunakan untuk memadukan kata kontruktivisme dengan pembelajaran. Kata hubung dan di antara kata pengetahuan tidak tepat, seharusnya menggunakan kata hubung dari agar paralel dengan kata hubung berikutnya.
c.       Data Penekanan
Contoh: Kurikulum KTSP memberi ruang lebih pada kegiatan pengembangan diri hal ini berimbas pada kurangnya jam pelajaran.
Analisis: Tidak ada penekanan pada kalimat di atas, sehingga gagasan pokok kalimat tidak jelas. Kalimat tersebut terdiri atas dua kalimat tunggal. Untuk memilahkan maka setelah kata diri digunakan tanda baca titik sebagai tanda akhir pernyataan kalimat tunggal pertama dan kata hal diawali dengan huruf kapital sebagai penanda kalimat tunggal kedua.
d.      Data Kehematan
Contoh: Tujuan utama keterampilan membaca yaitu siswa mampu memahami isi teks atau pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis dalam media bahasa tulis yang dibacanya dengan cermat, tepat, dan tepat.
Analisis: Kalimat di atas tidak memenuhi syarat kehematan dalam sebuah kalimat efektif. Kata tepat digunakan secara berulang, padahal tidak perlu.
e.       Data Kesejajaran dan Paralelisme
Contoh: Anggota keluarga laki-laki lebih berpengaruh dari pada wanita.
Analisis: Unsur pembentuk kalimat perbandingan di atas tidak sejajar, seharusnya kata wanita disejajarkan yaitu anggota keluarga wanita. Kata hubung dari pada yang menunjukkan perbandingan seharusnya ditulis serangkai.
f.       Data Kevariasian
Contoh: yang kontekstual dan relevan, dan proses dan produk kedua-duanya. Analisis: Kalimat di atas menggunakan kata hubung dan secara beruntun, perlu kombinasi atau variasi sehingga kalimat lebih jelas. Kata hubung dan dapat divariasikan dengan kata hubung serta.
4)        Pengembangan Paragraf
Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan aspek pengembangan paragraf  ialah.
a.       Data Kepaduan
Contoh:
Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak-anak. di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah.
Analisis: Paragraf di atas tidak disusun dengan unsur pembentuk yang padu. Kalimat kedua seharusnya diawali dengan huruf kapital sebagai tanda awal kalimat. Kalimat kedua juga tidak menyebutkan referen secara langsung, seharusnya dibelakang kata profesional ditambahkan kata anak, sehingga subjek kalimat jelas.
b.      Data Kesatuan
Contoh:
untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan bahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi.
Analisis: Kata keduanya menunjukkan ketidaktepatan dalam pengembangan paragraf sehingga tidak membentuk satu pengertian yang utuh. Kata keduanya seharusnya diganti dengan kata ketiganya karena diparalelkan dengan informasi dari kalimat pertama yang memerikan tiga hal rincian.









1.6 Sikap Ilmiah
                        
                         Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.
                         Triandis mendefenisikan sikap sebagai An  attitude ia an idea charged with emotion  which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu:  komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku.
                         Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
                         Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa “Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain  kecendrungan individu  untuk bertindak atau berprilaku  dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah”.
                         Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain:
“1) Sikap ingin tahu artinya apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,    maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa. Kebiasaan menggunakan alat indera  sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2) Sikap kritis artinya tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3) Sikap obyektif artinya melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan sifat pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
4) Sikap ingin menemukan artinya selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif, selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain artinya tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6) Sikap tekun artinya tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya. Ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka artinya bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya”.




















BAB II
                                                  PENUTUP


2.1 Kesimpulan

Karya ilmiah dapat disebut juga sebagai karangan ilmiah. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau kelompok berdasarkan fakta dan ditulis menurut kaidah penulisan yang baik dan benar serta isinya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Karangan ilmiah memiliki fungsi dan tujuan tertentu serta mempunyai bahasa dan sikap ilmiah tersendiri. Selain itu juga karangan ilmiah bersifat dinamis sehingga dapat terjadi perubahan karena adanya suatu perkembangan ilmu pengetahuan.

















DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2011. Sikap-sikap Ilmiah. [online]. Tersedia.             http://www.artikelsahabat.com/sikap-sikap-ilmiah.html. [19 Oktober 2011].
Bahrul. 2007. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia.
             http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah. [19 Oktober 2011].
Buku Ilmiah. 2008. Karya Tulis ilmiah Ciri dan Sikap. [online]. Tersedia.
Fauzan. 2010. Karya Ilmiah2. [online]. Tersedia. http://staff.undip.ac.id/sastra/fauzan/files/2010/12/9-karya-ilmiah2.ppt. [19 Oktober 2011].
Sihombing, Ruben. 2010. Definisi Karya Ilmiah. [online]. Tersedia.
                                http://sihombingruben.blogspot.com/2010/03/definisi-karya-ilmiah.html. [19 Oktober 2011].









.