Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia untuk Ilmiah dari
H. Didin Sahidin, Drs, M. Pd.
Kelompok 1
Kelas 1C
Disusun oleh:
Neng Wita Intan Tandia 11511104
Abdul Basit 11511110
Kania Nurasyiah 11511119
Irma Nurfadilah 11511120
Yulya Andinita 11511127
Jurusan Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jln.Pahlawan No.32 Tlp.(0262) 233556 Garut
2011
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Karangan Ilmiah
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenaran atau keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
Karya ilmiah dalam bahasa inggris berarti scientific paper adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Adapun ciri-ciri karangan ilmiah, diantaranya sebagai berikut:
1) Objekif
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bias dipertanggung jawabkan.
2) Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3) Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, dan klasifikasi. Dengan demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4) Logis
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data yang digunakan pola induktif. Sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5) Menyajikan fakta
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus factual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional hendaknya dihindarkan.
6) Tidak pleonastis
Maksunya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit-belit.
7) Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
1.2 Karangan Ilmiah dan komunikasi Ilmiah
Komunikasi yang ilmiah adalah komunikasi yang bersifat pengetahuan, baik itu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan dalam hal yang formal. Komunikasi Ilmiah sangat berpengaruh atau merupakan pokok dasar untuk membuat Karangan Ilmiah. Suatu penelitian dapat berlangsung dengan baik jika adanya Komunikasi.
Komunikasi terbagi menjadi dua bagian yaitu, komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi tersebut dapat berlangsung jika adanya suatu alat berkomunikasi yaitu Bahasa.
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997:4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek
(1) tata bunyi (fonologi)
(2) tata bahasa (kata dan kalimat)
(3) kosa kata (termasuk istilah)
(4) ejaan
(5) makna
1.3 Pentingnya Memakai Karangan Ilmiah
Pentingnya memakai karangan ilmiah dalam proses penyusunan karya ilmiah bagi sekelompok orang, pelajar, dan mahasiswa yaitu:
- Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
- Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
- Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
- Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
- Memperoleh kepuasan intelektual.
- Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
- Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan atau kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib.
1.4 Perkembangan Ilmu dalam Karangan Ilmiah
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Seiring berkembangya zaman, maka ilmu pengetahuan semakin kompleks dan meningkat. Perkembangan ilmu pengetahuan membawa perubahan-perubahan dalam segala bidang. Contohnya di bidang pendidikan. Seiring perkembangan ilmu di dalam pendidikan maka membawa pula perubahan dalam aspek-aspek yang ada di dalamnya, salah satunya dalam karangan ilmiah. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan, maka karangan ilmiah menjadi bervariasi macamnya. Antara lain :
1) Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
2) Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
3) Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
4) Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
1.5 Bahasa Karangan Ilmiah
Pengguanaan bahasa dalam penyusunan karangan ilmiah, harus memperhatikan asas-asas berikut ini :
1) Bahasa yang digunakan ragam formal yaitu harus sesuai dengan standar penggunaanbahasa .meliputi :
a. Data Pemakaian Huruf
b. Data Pemakaian Tanda Baca
c. Data Penulisan Kata
d. Data Penulisan Unsur Serapan
2) Pemilihan Kata atau Diksi.
Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan unsur pemilihan kata atau diksi ialah.
a. Data Ketepatan Diksi.
Contoh: Pembelajaran membaca sangat penting dikuasai siswa agar siswa, bukan hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga untuk mata pelajaran yang lain.
Analisis: Pemilihan kata dalam penyusunan kalimat di atas tidak memenuhi syarat ketepatan. Kata hubung bukan seharusnya berpasangan dengan kata hubung melainkan.
3) Penyusunan Kalimat Efektif.
Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan aspek penyusunan kalimat efektif ialah.
a. Data Kesatuan Atau Keutuhan Gagasan.
Contoh: Pembelajaran membaca sangat penting dikuasai siswa agar siswa, bukan hanya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tetapi juga untuk mata pelajaran yang lain.
Analisis: Kalimat di atas tidak memenuhi aspek kesatuan atau keutuhan gagasan. Kalimat tersebut tidak memiliki struktur gramatikal yang saling mendukung. Kata-kata yang bergaris bawah seharusnya dihilangkan agar terbentuk satu gagasan utuh.
b. Data Kepaduan
Contoh: Sedangkan Muslich (2009: 44) menyatakan kontruktivisme pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Analisis: Kalimat di atas tidak padu karena hubungan yang terbangun antarkata tidak logis sehingga tidak memiliki pengertian secara utuh. Kata hubung tidak tepat digunakan pada awal kalimat karena akan mengaburkan peran subjek dalam kalimat. Kata hubung merupakan perlu digunakan untuk memadukan kata kontruktivisme dengan pembelajaran. Kata hubung dan di antara kata pengetahuan tidak tepat, seharusnya menggunakan kata hubung dari agar paralel dengan kata hubung berikutnya.
c. Data Penekanan
Contoh: Kurikulum KTSP memberi ruang lebih pada kegiatan pengembangan diri hal ini berimbas pada kurangnya jam pelajaran.
Analisis: Tidak ada penekanan pada kalimat di atas, sehingga gagasan pokok kalimat tidak jelas. Kalimat tersebut terdiri atas dua kalimat tunggal. Untuk memilahkan maka setelah kata diri digunakan tanda baca titik sebagai tanda akhir pernyataan kalimat tunggal pertama dan kata hal diawali dengan huruf kapital sebagai penanda kalimat tunggal kedua.
d. Data Kehematan
Contoh: Tujuan utama keterampilan membaca yaitu siswa mampu memahami isi teks atau pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis dalam media bahasa tulis yang dibacanya dengan cermat, tepat, dan tepat.
Analisis: Kalimat di atas tidak memenuhi syarat kehematan dalam sebuah kalimat efektif. Kata tepat digunakan secara berulang, padahal tidak perlu.
e. Data Kesejajaran dan Paralelisme
Contoh: Anggota keluarga laki-laki lebih berpengaruh dari pada wanita.
Analisis: Unsur pembentuk kalimat perbandingan di atas tidak sejajar, seharusnya kata wanita disejajarkan yaitu anggota keluarga wanita. Kata hubung dari pada yang menunjukkan perbandingan seharusnya ditulis serangkai.
f. Data Kevariasian
Contoh: yang kontekstual dan relevan, dan proses dan produk kedua-duanya. Analisis: Kalimat di atas menggunakan kata hubung dan secara beruntun, perlu kombinasi atau variasi sehingga kalimat lebih jelas. Kata hubung dan dapat divariasikan dengan kata hubung serta.
4) Pengembangan Paragraf
Hasil swasunting bahasa pada penulisan karya ilmiah yang ditemukan berdasarkan aspek pengembangan paragraf ialah.
a. Data Kepaduan
Contoh:
Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak-anak. di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah.
Analisis: Paragraf di atas tidak disusun dengan unsur pembentuk yang padu. Kalimat kedua seharusnya diawali dengan huruf kapital sebagai tanda awal kalimat. Kalimat kedua juga tidak menyebutkan referen secara langsung, seharusnya dibelakang kata profesional ditambahkan kata anak, sehingga subjek kalimat jelas.
b. Data Kesatuan
Contoh:
untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan bahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi.
Analisis: Kata keduanya menunjukkan ketidaktepatan dalam pengembangan paragraf sehingga tidak membentuk satu pengertian yang utuh. Kata keduanya seharusnya diganti dengan kata ketiganya karena diparalelkan dengan informasi dari kalimat pertama yang memerikan tiga hal rincian.
1.6 Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.
Triandis mendefenisikan sikap sebagai An attitude ia an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of social situation. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu: komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku.
Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa “Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah”.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain:
“1) Sikap ingin tahu artinya apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa. Kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2) Sikap kritis artinya tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3) Sikap obyektif artinya melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan sifat pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
4) Sikap ingin menemukan artinya selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif, selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain artinya tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6) Sikap tekun artinya tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya. Ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka artinya bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya”.
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Karya ilmiah dapat disebut juga sebagai karangan ilmiah. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau kelompok berdasarkan fakta dan ditulis menurut kaidah penulisan yang baik dan benar serta isinya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Karangan ilmiah memiliki fungsi dan tujuan tertentu serta mempunyai bahasa dan sikap ilmiah tersendiri. Selain itu juga karangan ilmiah bersifat dinamis sehingga dapat terjadi perubahan karena adanya suatu perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrul. 2007. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia.
Buku Ilmiah. 2008. Karya Tulis ilmiah Ciri dan Sikap. [online]. Tersedia.
Sihombing, Ruben. 2010. Definisi Karya Ilmiah. [online]. Tersedia.
.